Hantu di Negara Berkembang

Salam blogger, Indonesia mempunyai jumlah penduduk 214 juta orang, dan sekarang ini Indonesia menapaki ranking 4 penduduk terbesar di dunia. Sekarang ini Indonesia berada di negara berkembang, jauh lebih baik dari pada negara miskin. Nah, pada kesempatan kali ini saya ingin bercerita sedikit tentang hantu negara yang sedang berkembang. Bagaimana ceritanya? yuk mari saya tunjukkan.

Kalo yang saya tau negara berkembang itu diantara adalah banyak orang yang korupsi, yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin. Yang di desa tertinggal yang di kota semakin maju. Karena pemerintah ingin negara yang di pimpinnya menjadi negara maju, akhirnya ada program pemerataan daerah. Tetapi karena orang-orang yang ada di daerah tidak pernah pegang uang besar, akhirnya orang daerah banyak yang memperkaya diri sendiri dan jadilah korupsi.

Satu paragraf tentang negara berkembang, sekarang coba lebih detai lagi. Kenapa mie instan negara berkembang prospeknya menjanjikan? apakah sudah terfikir? Ya, jawabannya adalah karena di negara berkembang mie instan adalah teman makanan yang paling bersahabat untuk kantong. Terus terang saya juga seperti itu. Setiap hari saya harus makan mie instan karena alasan masa depan.

Ada lagi, kenapa MLM begitu luar biasanya menjamur di negara berkembang? Ya, orang-orang yang menghuni negara berkembang pengennya dapet uang dengan cara instan sama seperti yang di makannya, yaitu mie instan. Saya masih inget sekali dengan pembicaraan orang MLM ke saya yang bilang, "biarkan uang bekerja untuk anda". 

Sampai-sampai pacar saya sendiri pernah menulis orang yang sukses karena MLM ini, kalo gak salah klik di sini untuk membuka ceritanya. Bahkan ketika saya mengajaknya negosiasi, dia sangat antusias sekali mengajak saya unutk ikut MLM. Kenapa ini bisa terjadi?

Bahwa masyarakat yang berada di negara berkembang ke negara maju adalah biasa di sebut dengan masyarakat transisi. Ketika teknologi mulai muncul dimana-mana, banyak yang masih belum bisa menggunakannya untuk menunjang kinerjanya, bahkan banyak yang menolaknya dan bahkan menganggapnya malah menjadi penghambat, Terpengaruh dengan keinstanan, jadi menganggap segala sesuatu itu harus instan. Akhirnya banyak jalan pintas yang di anggep pantas untuk di pijaki. Akhirnya seperti apa? ya sudah bisa di tebak sendiri.