Melangkah demi masa depan dan melihat dengan jalan fikiran yang lurus "Talk Less do More"

Friday, March 22, 2013

Kemiskinan itu dinikmati

Teringat tentang cerita pak dahlan tentang kehidupannya di masa lalu yang konon ceritanya sebuah kehidupan yang amat miskin. Bahkan pak dahlan waktu itu tidak mempunyai cita-cita besar layaknya anak jaman sekarang, seperti kita tahu pak dahlan dulu hanya menginginkan sepasang sepatu dan sebuah sepeda onthel.

Itupun karena pak dahlan ketika SD harus berjalan menuju sekolahnya tercinta. Dia juga seing bercerita tentang kelaparan yang seakan menjadi sahabat setianya setiap hari. Saya teingat benar ketika pak dahlan menyebutkan kalo kain sarung dalah kain yang paling multifungsi saat itu. Bukan hanya untuk ibadah, tapi juga untuk mengikat perut pada waktu lapar, untuk selimut tidur dan sebagai karung ketika panen singkong.

Pak dahlan pada waktu itu juga tidak ingat sama sekali dengan tanggal kelahirannya, karena tanggal kelahirannya di tulis di lemari tua dari bambu yang waktu itu di jual untuk pengobatan orangtuanya yang sedang sakit. Dan dari pada pusing-pusing pak dahlan memilih hari kemerdekaan untuk di jadikan tanggal lahirnya.

Si dahlan kecil dulu juga sangat senang sekali dengan wayang, sampai-sampai dulu alat tukang ayahnya di jadikan alat wayang, dan dengan senangnya pak dahlan memainkan wayang-wayangnya dengan bahan yang seadanya. Bak seorang dalang sungguhan, pak dahlan juga memakai palu sebagai jeda ketika dalang sedang mendalang yang terkenal dengan bunyi dok dok dok..

Saya sendiri membayangkan baimana senang dalam susahnya pak dahlan waktu itu. Tidak mengeluh sama sekali, justru menikmati dan mensyukuri apa yang dulu di alami. Dia dulu bukan orang miskin tapi dia dulu adalah orang yang pandai bersyukur hingga kemiskinanpun tidak terasa karenanya. Sebuah renungan hidup yang sangat menginspirasi tentunya.

Melihat dengan pak dahlan sekarang, Tuhan seperti ingin memberi tahu kepada kita, kalo seyogyanya dibawah sebuah penderitaan itu tidak ada penderitaan lagi. Justru sebuah penderitaan yang tidak ada ujungnya adalah sebuah enderitaan oang yang enggan untuk bersyukur.
Share this post
  • Share to Facebook
  • Share to Twitter
  • Share to Google+
  • Share to Stumble Upon
  • Share to Evernote
  • Share to Blogger
  • Share to Email
  • Share to Yahoo Messenger
  • More...

6 Tanggapan pembaca

  1. miskin itu dinimkati
    kaya juga disyukuri
    rezeki harus dicari
    mati hidup Allah yang mengkehendaki ^_^

    Subhanallah, miskin yang membawa nikmat

    ReplyDelete
  2. saya termasuk penggemar berat Pak Dahlan,byk inspirasi dan gagasan yg luar biasa. keren mas artikelnya.... nafsu makan saya mulai naik nih :-)

    ReplyDelete
  3. Wow miskin bukan alasan untuk mengeluh ya, kaya justru lebih banyak alasan untuk mengeluh. lebih banyak yang harus dipertanggung jawabkan nantinya,.

    ReplyDelete
  4. Bersykur dengan yang diberi, bersabar ketika diuji. Bersahabat dengan kemiskinan, akan memperkaya hati, Insya Allah :)

    ReplyDelete
  5. Pak dahlan memang orang yg sangat meng inspirasi sob. Hehehe

    ReplyDelete
  6. itulah garis kehidupan. ada susah, ada senang, ada bahagia ada derita, ada sukacita, ada dukacita. dan itu tidak akan abadi selamanya.

    ReplyDelete

Terima kasih sudah mengunjungi blog kami.
Sampaikan saran, kritik, dan pesan di bawah ini.
Mohon untuk berkomentar secara sopan.
~ No SPAM
~ No Sara
~ No Menghujat
~ No Link Hidup
(update 7 Januari 2013)
Informasi:DO FOLLOW Blog

:) :-) :)) =)) :( :-( :(( :d :-d @-) :p :o :>) (o) [-( :-? (p) :-s (m) 8-) :-t :-b b-( :-# =p~ :-$ (b) (f) x-) (k) (h) (c) cheer

 
© Deby Putra Bahrodin
Designed by dputra
Posts RSSComments RSS
Back to top