Salam blogger, The Fear Of Offending, takut mnyinggung perasaan orang lain. Ini adalah masalah yang biasanya sangat vital. Biasanya ini di alami oleh seorang teman yang seperkerjaan, sebelumnya menjadi teman yang baik, biasanya keluar bersama, satu kompleks dan satu SMA. Dan mereka berada di satu perusahaan yang sama, karena takut menyinggung perasaan dia, kita membiarkan perusahaankita hancur dan kita ikut hancur di dalamnya.
Tuh, fatal kan ternyata, apalagi yang seharusnya kita tegur adalah seorang perempuan, bagaimana seharusnya kita bersikap? apakah kita akan ikut hancur di dalamnya? Mari kita berdiskusi sampai habis artikel ini.
Pernah ada suatu cerita, di sebuah perusahaan yang besar di pimpin oleh perempuan kemudian pemimpin itu bekerja setengah-setengah untuk perusahaannya, para bawahannya yang seharusnya bekerja 8 jam, sekarang bekerja jauh lebih keras menjadi 10 jam. 2 jam itu dia sebut sebagai loyalitas. Masalah ini sudah di laporkan ke pemimpin perempuan tadi, tetapi pemimpin perempuan tadi bilang, biarkan itu menjadi loyalitas dia dan tidak usah di beri gaji.
Nah, loh ... gimana itu? pemimpinnya yang seharusnya mengayomi malah seakan tidak mau tau penderitaan bawahannya. Pemimpin ini juga sering tidak masuk kantor karena alasannya jalan-jalan keluar negeri. Sebaiknya gimana ya kita sebagai bawahan? apakah memberontak dan menyatakan kalo ingin mundur? Sementara anak-anak kita di rumah juga perlu makan.
Kalo keluar dalam hal dekat kan tidak mungkin, pelik juga masalah ini, Apa yang seharusnya di lakukan? Seandainya kita sebagai bawahan menegur atasan itu kan benar-benar sangat menyinggung.
Ini jawaban versi saya.
Sebagai bawahan yang baik saya tetap mematuhi SOP yang berlaku, kalo hak saya tidak terpenuhi barulah saya berontak. Memberontak bukan berarti kita akan keras, tetapi mencadi jalan lain, misalnya dalam sebuah forum. Masalah ini di floor kan, kalopun tidak bisa ya sudah buat apa kita bertahan di penderitaan yang justru membuat diri kita hancur di sana. RESIGN.
Anjurannya.
Bukankah masing-masing dari kita akan bertanggung jawab atas kualitas hidupnya? Pasrah bukanlah jalan menuju kesuksesan, Kenapa kita takut menyinggung perasaan teman kerja kita kalo kerjaannya tidak beres. Dan ketika nanti di tanyai Tuhan, kenapa kamu bisa seperti ini? padahal di luar sana masih banyak pekerjaan yang bisa membuatmu jauh lebih kaya dan lebih mengangkat derajatmu. Lalu orang lain yang melihat kita menyampaikan "Nikmat Tuhan yang mana lagi yang engkau dustakan?"
Sekian artikel saya hari ini.
Pasrah itu bukan berarti no action..pasrah adalah menerima hasil dr usaha/ikhtiar...
ReplyDeletekayaknye kudu di 'beri' pelajaran tuh pimpinana, kok seenaknye begono.. beeuuh.. jadi pengen asah golok #ehh
ReplyDeletesetuju ama jalan keluarnya...^^
ReplyDeletekalau misalnya masih mau kerja disitu, demo aja dulu..hehe..
hohoho.. jangan demo... pamali..wkwkwk
Deletehal seperti ini rawan dg praktik Nepotisme... heee
ReplyDeletebegitu pendapat ane...
setuju masss
Deleteartikel yag sangat menrik sobat, ijin menyimak lebih jauh lagi sobat...
ReplyDeletemonggo mas
Delete